Sabtu, 15 Februari 2014

BIOGRAFI SOIMAH



Soimah Pancawati atau yang lebih dikenal dengan nama Soimah merupakan artis multitalenta Indonesia. Soimah adalah lima dari tujuh bersaudara. Keenam saudaranya antara lain Solihati, Solihin, Sofiah, Sofiatun, Nur Laila dan Sinta Fitriani.

             Soimah merupakan istri dari Herwan Prandoko. Pernikahan yang terlaksana pada 2002 telah dikaruniai dua orang putra yaitu Aksa Uyun Dananjaya dan Diksa Naja Naekonang. Bakat seni telah mengalir dalam diri Soimah. Tantenya, MM Ngatini, adalah istri dari pemilik padepokan tari Bagong Kussudiardjo yang ada di Jogjakarta. Tantenya tersebut lah yang selalu menyarankan agar Soimah bergaul dengan berbagai komunitas seni. Setelah lulus SMP, Soimah memutuskan melanjutkan pendidikan di SMKI (Sekolah Menengah Karawitan Indonesia) jurusan karawitan.
Karir Soimah sebagai sinden semakin melambung ketika dirinya bergabung dengan Jogja Hip Hop Foundation. Bersama komunitas seni tersebut, Soimah menjalani tur dunia untuk yang pertama kalinya, pada 14 Mei 2011. Soimah tidak hanya terkenal karena suaranya. Pembawaan kocak artis 33 tahun ini membuatnya seringkali didapuk menjadi komedian. Selain itu, kepiawaiannya dalam melawak juga membuatnya mendapat program talk show pribadinya, "Show Imah".
Ia termasuk pesinden langka karena sukses berkiprah di panggung hiburan nasional. Selain rutin mengisi acara teve, ia kerap manggung di berbagai ajang seni lain. Bapaknya, Hadi Narko, adalah seorang pemain ketoprak tobong yang sering berkeliling kampung. Namun, ketika imah lahir, 29 September 1980, Bapak sudah menjabat sebagai carik alias sekretaris desa. Jabatan yang terpandang di desa.
Sebagai carik  keluarganya cukup terpandang.  Bapak punya tiga sepeda motor. Bukan untuk gaya, tapi untuk usaha. Sepeda motor itu disewakan. Hasilnya cukup lumayan. bukan berarti kami hidup mewah. Sebaliknya, sejak kecil mahi sudah terbiasa bekerja.
Sepulang sekolah ikut menggarami ikan yang sebenarnya pekerjaan ibunya, membakarnya dengan kayu bakar,  Begitulah kegiatannya tiap hari.  Dalam hati, imah sering menganggap Ibunya jahat karena memaksa anak-anaknya bekerja.  Apalagi, semakin besar tugasnya juga makin berat.
Di kampung imah, Ibu terkenal galak. Ucapannya keras dan kepada anaknya, sesekali Ibunya memukul. Tentu bukan tanpa sebab. Meski begitu, Ibunya sangat sayang anak-anaknya. Secara berkala, Ibu mengajak anak-anaknya berlibur ke tempat wisata di sekitar Pati.
Meski begitu, Ibu sangat sayang anak-anaknya. Secara berkala, Ibu mengajak kami berlibur ke tempat wisata di sekitar Pati
Tiap ada hajatan di kampung, misalnya sunatan atau perkawinan, selalu menanggap orkes melayu.  ada tiga teman lain yang juga menonjol, yaitu Yayuk, Nanik, dan Tias. Aku dapat pelajaran menari dari kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. kami berempat mendapat kesempatan menari di acara perpisahan di sekolah. Imah sudah mulai tampil sejak kelas 3 SD. salah satu tarian yang mereka bawakan adalah Golek Asmaradana .

Tak hanya di sekolah, mereka berempat kerap diminta menyanyi di acara-acara kampung. Sekali pentas kadang dibayar Rp 3 ribu, kadang Rp 5 ribu. Untuk urusan nyanyi di panggung, Ibu sangat mendukung. Beliau membelikan bahan dan menjahitkan kostum untuk nyanyi. Kelak kemudian hari, hanya aku yang profesional di bidang seni. Teman-temanku tidak melanjutkan aktivitas seninya. Mereka memilih kerja kantoran, salah satunya jadi pegawai bank.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar