Senin, 08 April 2013
RAMALAN

Cinta: Hubungan yang ada sepertinya akan berlanjut ke arah yang lebih serius. Anda dan pasangan sudah saling cocok dan mengerti satu sama lain. Sebaiknya abaikan masalah sepele. Sebuah situasi romantis tampaknya akan Anda alami bersama pasangan. Momen tersebut akan mengingatkan Anda pada awal masa pacaran. Utarakan kembali perasaan Anda.
Umum: Masalah akan terjadi di tempat kerja. Cukup serius dan butuh perhatian. Cari pemecahannya sehingga tidak membahayakan posisi Anda. Itu terjadi karena Anda sering berganti obat. Hati-hati dalam membuat janji sehingga membuat klien kecewa. Menyantap makanan yang terlalu pedas, kurang baik pada pencernaan Anda.
ramalan

Cinta: Awal minggu inidisambut dengan suatu hal yang tidak ramah, tetapi jangan keburu cemberut begitu dong. Toh dalam seminggu masih ada 7 hari, jika sehari Anda dibuat sebal, masih ada 6 hari lain untuk Anda berusaha lebih keras lagi.
Umum: Anda memiliki keahlian di bidang bisnis, namun Anda cenderung menghabiskan uang dan menghambur-hamburkan aset Anda dengan sembrono. Keuangan Anda lumpuh. Fokus pada pekerjaan, tidak selamanya Anda harus mengikuti perkataan orang lain, akan ada kesalahpahaman yang memicu pertentangan dengan rekan, segera atasi. Anda jatuh sakit karena kurang memperhatikan setiap gejala kecil yang dirasakan.
senyuman penutup
Mereka tinggal di sebuah gubuk kecil buatan mereka sendiri di
sudut kota. Meskipun kecil dan tidak layak tapi gubuk itu mampu melindungi
mereka dari sengatan matahari dan dinginnya udara malam.
Akhir─akhir ini parjo sering mengerang kesakitan
di bagian kepalanya. Ya, pasti kanker itu yang membuat tubuh kecilnya tersiksa.
Bagaimana tidak, dalam 4 tahun terakhir dia belum pernah dibawa ke dokter
ataupun rumah sakit untuk mendapat pertolongan medis, karena jangankan
dibawanya berobat, untuk memberi makan Parjo, Narsinah sangat kesulitan.
Pekerjaannya yang hanya seorang pemulung tidak mampu menopang tihang kehidupan
keluarganya yang kokoh.
Dalam
hati Narsinah selalu menangis dan merasa bersalah kepada Parjo, karena sebagai
ibu dia tidak dapat memberi yang terbaik bagi buah hatinya. Dalam setiap do'a
yang ia panjatkan selalu terselip do'a untuk kesembuhan anak semata wayangnya
itu, yang ia harapkan mampu memperbaiki keadaan ekonomi keluarganya kelak.
Tapi
apa daya kanker itu terus menggerogoti tubuh parjo, apalagi akhir─akhir ini Parjo sering pingsan karena
tidak kuat menahan rasa sakit yang teramat itu.
Malam
itu hujan yang sangat deras disertai petir yang bergantian menyambar, tiba─tiba Parjo mengerang keras dan
tubuhnya kejang─kejang,sepertinya
karena rasa sakit yang teramat sangat. Narsinah yang baru pulang malam itu
terkejut dan langsung berlari menuju anaknya.
"Nak,
kamu kenapa nak ?" Tanya Narsinah.
"Bu
s, sakt bu! Sakit" Parjo mengerang.
Narsinah
menangis dan ia kebingungan, saat itu terbesit dipikirannya untuk membanya ke
rumah sakit tanpa memikirkan berapa biaya yang harus ia keluarkan nanti. Dia
hanya yakin Tuhan pasti menolong hambanya.
Narsinah
bergegas mengendong Parjo dengan selendang yang nyaris sobek dan membawanya ke
rumah sakit terdekat. Narsinah berlari tanpa henti di tengah derasnya hujan
malam itu. Hingga ia tiba di rumah sakit ternama di Kotanya. Tapi apa?
Jangankan masuk ke dalam dan menyerahkan anaknya untuk diobati, sebelum sampai
di lobi rumah sakit ia dicegat oleh seorang satpam.
"Mau
kemana kamu? Kalau mau minta─minta bukan
disini tempatnya." Kata satpam kepada Narsinah.
Narsinah
pun menjawab dengan penuh pengharapan.
"Tolong
pak, tolong! biarkan saya mengobati anak saya"
"memang
kamu mampu membayar biayanya?" Gertak satpam itu.
"Pasti
pak, pasti saya bayartapi tolong biarkan saya mengobati anak saya." Kata
Narsinah.
"Sudah─sudah pergi sana. SUudah banyak orang
seperti kamu datang kesini."usir satpam dengan nada menggertak.
Dengan
rasa sakit dan kecewa ibu dan anak itu pergi. Narsinah kembali mencari rumah
sakit lainnya dan berharap ada rumah sakit yang mau menerima mereka.
Waktu
sudah pukul 4 pagi, sudah 5 rumah sakit di kota itu yang ia datangi tapi
hasilnya sama, tidak ada yang mau menerima mereka. Ia pun merasa lelah dan
kedinginan karena hujan yang tak kunjung reda.
Terdengar
suara kecil Parjo.
"Sudah
bu, istirahat dulu, ibu pasti cape."
"Baik nak kita istirahat di dekat toko itu saja ya." Sahut Narsinah.
"Baik nak kita istirahat di dekat toko itu saja ya." Sahut Narsinah.
Narsinah
membaringkan anaknya dan merogh sakunya celananya, masih ada uang Rp 2.000,
jumlah yang besar bagi Narsinah, ia pergi ke toko dan membeli 1 roti dan satu
air mineral gelas dan kembali menuju Parjo. Narsinah membangunkan Parjo.
"Nak, nak, bangun! Ini kamu makan dulu."
Parjo
terbangun dan berkata "Tidak bu, ibu saj yang makan! Ibu kan cape."
"tidak
nak, ini makan saja. Ibu tidak lapar. Biar kamu habiskan habiskan saja."
Diulurkannya
roti itu ke anaknya. Tangan Parjo menyambutnya. Dengan sekuat tenaga ia membuka
bungkus roti tersebut. Marsinah hanya tersenyum melihat anaknya walaupun
hatinya begitu bersedih melihat kondisi anaknya yang semakin parah.
"Bu,
ini untuk ibu." Dipotongnya separuh dari roti itu. Narsinah menolaknya,
tetapi Parjo memaksanya, terus memaksa, dan memaksa. Disuapkanlah roti itu ke
dalam mulut ibunya dan Narsinah pun menghabiskan roti itu. Malam pun semakin
larut, cahaya bulan semakin benderang, angin terus berhembus seolah menebarkan
kisah haru ibu dan anak itu.
"Tidurlah
nak, sudah malam. Kau perlu istirahat." Kata sang ibu yang muai letih.
"Iya
ibu, ibu juga tidur ya." Suara Parjo semakin pelan dan saat itu juga ia
tertidur.
Ibu
Parjo mengangis saat itu juga, betapa
berat hidup yang ia jalani. Kini ia hanya berdo'a akan datang sebuah keajaiban
dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Keletihan dan kegundahanyang ia alami membawanya
terjaga dalam tidur.
"Ibu
kemari bu" Kata Parjo. Narsiah mencoba mendekati suara itu. Kalimat itu
terus terdenga. Ia berjalan mengiuti arah suara itu namun semakin sulit
menemukan anaknya. Hingga Narsinah akhirnya mendapati anaknya sedang berada di
sebuah taman yang indah, biru, merah, kuning berbaur di sana. Parjo berlari─lari mengejar kupu─kupu di taman itu.
Narsinah termenung, ia tak pernah melihat
anaknya begitu riang, begitu bergembira. Narsinah menghampiri anaknya dan
memeluknya. Parjo tersenyum, tapi entah
ada angin apa Narsinah malah menangis, mereka duduk bersama di taman
itu. Melihat langit biru, bunga─bunga
bermekaran, dan kupu-kupu berterbangan di taman itu, hanya berdua saja.
"Ibu
jangan suka menganis y! Harus tetap kuat." kata Parjo, ibu hanya terdiam.
"Maafkan
kesalahan Parjo ya bu, parjo sering nakal, tapi ibu tetep sayang sama Parjo.
Terimakasih untuk semua kasih sayang dan cinta Ibu." Parjo berkata sambil
menutup matanya.
|
Langganan:
Postingan (Atom)